Ini malam ketiga Muridah tidur dengan menahan lilitan di perut. Lapar. Tadi siang dia memang makan. Tapi cuma sedikit, itupun "ndompleng" dengan farida. Dan nasi yang cuma satu bungkus dimakan berdua, itu tak sanggup mengganjal perutnya hingga malam hari. Sebenarnya bisa saja ia meminjam supermi Farida ataupun Sari. Karena mereka tak pernah telat dengan kiriman satu kardus mie instant itu. Tapi ia malu, hutangnya sudah terlalu banyak. Bisa-bisa kalau bapak datang membawa jatah akan habis seketika hanya untuk menutup hutang.
"Ya Shomad . . . Ya Shomad . . . Ya Shomad" gumamnya perlahan sambil berusaha memejamkan mata. Ia ingat keterangan Ustadz Bakar, kalau lapar bacalah lafadz itu. Dan lama-lama iapun terlelap, tertidur nyenyak. Ia berharap dalam tidurnya, besok bapak datang membawa jatahnya, sehingga tak sampai menahan lapar pada malam ke empat.
***
"Untuk pembayaran syahriyah bulan ini paling lambat besok. Apalagi santri yang menunggak" kata ketua komplek memberi pengumuman.
" Mba . . . Kalau belum "bustelan" bagaimana?" tanya Shofiyah.
" kalau belum bustelan ya . . . Meminta surat keterangan pada bendahara"
" Kalau uangnya habis, Mba ?" sela yang lain.
" Ah . . . Sudahlah. Pokoknya yang masih nunggak, besok harus dilunasi. Saya sudah ditegur pengurus pusat. Paham . . . ?" ketua komplek itu mengamati anggotanya satu-satu. Dan ia mangkel ketika pandangannya jatuh pada seseorang yang tertunduk tidur.
" Siapa itu yang tidur ? lagi ada pengumuman malah seenaknya saja tidur. Ayo . . . Sebelahnya membangunkan !"
Ternyata muridah. Farida yang kebetulan berada disebelahnya cepat-cepat membangunkan.
"Muridah . . . Bangun".
"Hah ? ada apa ?" tanyanya linglung.
Teman-teman yang lain tertawa melihat tingkahnya.
Baru jam delapan pagi. Kamu sudah ngantuk ? Makany jangan kebanyakan sarapan . . . " sindiran ketua komplek itu begitu menohoknya.
"Gusti . . . Justru hari ini ak puasa tanpa sahur. Perutku kosong sejak kemarin siang" pekik hatinya panjang.
***
Pelajaran Ustadzah Muslimah sebentar lagi usai. Itu berarti waktu buka hampir tiba. Muridah semakin bimbang, karena ia belum punya apa-apa untuk berbuka nanti. Kecuali sebotol air putih yang ia ambil dari kran kolam masjid.
"Ah . . . Allah pasti tak akan membiarkan hamba-NYA tersiksa begini terus" hibur hatinya pelan. Ia jadi teringat cerita bapak. Cobaan bapak lebih berat. Beliau harus berjalan jauh sebelum mengaji. Tengah malam pengajian baru dimulai. Bapak juga tak pernah mendapat kiriman seperti dirinya. Karena bapak sudah yatim piatu sejak kecil. Jadi tidakan berhari-hari sudah menjadi kebiasaan. Dan ia masih lebih beruntung dari pada beliau. Masih ada bapak, emak dan jatah. Meski kerap terlambat datang.
"Muridah . . . Contohkan perbuatan orang-orang munafiq di zaman Rasul" Muridah tersentak. Ia tersdar dari lamunan panjangnya.
"Ayo Muridah . . . " Ustadzah Muslimah mengulang perintahnya.
"Mmm . . . Contohnya . . . Contohnya . . . " Muridah gusar dengan dirinya. Tak ada jawaban apapun yang melintas di otaknya untuk pertanyaan itu.
"Kamu kenapa sih ?"
"Muridah puasa, Ustadzah. . . " sela seseorang disudut ruang. Muridah makin gusar.
Enggak, enggak . . . Ustadzah . . . " Muridah membela diri.
"Kamu boleh saja puasa sunnah. Tapi . . . Kalau malah menyebabkan lemas, ngantuk dan belajar tidak bersemangat ya . . . Lebih baik jangan" naseha ustadzah muslimah.
"Enggak, kok . . . Ustadzah . . . " muridah membela diri lagi.
"lalu kenapa sampai begitu? Padahal biasanya kamu aktifkan?" Tiba-tiba bedug masjid berbunyi.
Ya sudah . . . Anak-anak. Pelajaran kali ini saya akhiri. Muridah, kalau memang puasa segeralah berbuka. Saya ndak seneng kalau konsentrasimu terganggu karena puasa sunnah. Belajar giat itu lebih wajib bagi kalian ..."
***
Muridah segera minum sebanyak-banyaknya. Segar mengaliri perut kosong itu. Dan rasa kenyangpun sedikit melipurnya. Ia pernah membaca majalah kesehatan bahwa air mineral memang dapat menyebabkan kenyang. Setelah itu ia pergi kekamar mandi. Kamar mandi belum begitu antri karena kebanyakan santri yang lain tengah berbuka. Maklum, ini hari kamis.
Mur, . . Kamu sudah buka?" tanya farida heran. Setahunya muridah baru minum.
"Udah kok. Yuk . . . Aku duluan kemasjid" pamitnya sebelum keheranan Farida merambat minta jawaban.
"Hei. . . Kapan?"
Muridah hanya tersenyum miris.
Notes : Kisah tersebut berdasarkan kejadian semasa dipondok pesantren Al Hikmah 2 Bumiayu. untuk mengenang pesan-pesan beliau Al Maghfurlah KH. Masruri Abdul Mughni kepada santrinya. namun nama sengaja admin samarkan.
Notes : Kisah tersebut berdasarkan kejadian semasa dipondok pesantren Al Hikmah 2 Bumiayu. untuk mengenang pesan-pesan beliau Al Maghfurlah KH. Masruri Abdul Mughni kepada santrinya. namun nama sengaja admin samarkan.
* “Cerita ini diikutsertakan pada Giveaway “Haul Abah Masruri ke-2”
Giveaway “Haul Abah Masruri ke-2″ http://novi.malhikdua.com/giveaway-haul-abah-masruri-ke-2/
2 comments
Write commentsJury visit.
ReplyHalo Choppie, terima kasih sudah berpartisipasi.
Semoga menang, ya. :)
waw... laper itu sesuatu juga yah...???
ReplyEmoticonEmoticon