Manusia ibarat
kawat kecil ? Mungkin ada benarnya. Kawat kecil yang ditarik kencang diatas
sebuah kotak kosong
yang terbentuk mirip perut dapat digunakan untuk menghasilkan suara yang merdu dan
mempesona. Itulah gitar atau biola.
Manusia yang
menerapkan pada dirinya pola hidup “kencang” dalam agama kemudian disertai kesanggupan mengosongkan perut, maka ia akan menjadi manusia yang indah dan menawan, itulah para Auliya.
Sepatah dua patah ucapannya mampu menembus hati yang paling keras sekalipun. Bahkan raut wajahnyapun
boleh jadi cukup untuk membuat orang yang memandangnya tersadarkan diri
dan teringat penciptanya.
Kisah-kisah
taubatnya para penjahat ditangan para wali dapat dengan mudah dijumpai di mana- mana. Begitupun
kisah masuk Islamnya orang-orang Barat yang umumnya tidaklah melalui adu argumen ilmiah
dengan para cendekiawan kondang, melainkan hanya dengan mendengarkan tutur kata sederhana
dari para mursyid tariqah yang kini banyak berkembang di negara-negara Barat.
Kencang dan lapar
(Istiqomah dan Riyadloh) itulah jalan mereka, orang-orang yang mampu memberikan
pencerahan. Sayang keduanya bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Memang, ibarat ingin
memetik mawar, seseorang harus siap terkena durinya yang tajam, dan ibarat
ingin mengambil madu
seseorang mesti siap tersengat lebah. Karenanya, orang-orang tua kita dahulu yang mungkin telah
tersinari oleh ajaran para wali menyatakan bahwa untuk menjadi manusia yang berkualitas
kita harus sanggup :
“ Mangan lan
turu ning longan,
Bantalan cengkir”
yakni, makan
dan tidur di“long” (dikurangi) Beralaskan “kencengé pikir/dzikir (kuatnya
pikir dan dzikir).
Betapapun beratnya
Istiqomah dan Riyadloh, keduanya sudah menjadi tanggung jawab setiap muslim dan
keduanya mesti berdampingan. Berpegang pada salah satunya dan mengabaikan yang lain dapat
mengakibatkan dampak negatif dalam kehidupan. Istiqomah (ketat) tanpa Riyadloh boleh jadi akan
melahirkan radikalisme dan ekstrimisme. Sebaliknya Riyadloh tanpa Istiqomah ialah jalan bagi
seseorang yang ingin menjadi “dukun”. Ketat tanpa “keprihatinan“ cenderung membuat seseorang
lebih menomorsatukan persoalan-persoalan agama yang bersifat lahiriah (halal, haram
dll.) sehingga yang lebih nampak dimatanya ayat-ayat semacam: ”Sesungguhnya Allah maha dahsyat
siksaNya” sementara ayat lain sejenis:
”Sesungguhnya Allah maha pengampun dan
penyayang” kurang begitu nampak. Dan inilah
radikalisme. Disisi lain, “prihatin” tanpa ketat
cenderung membuat seseorang menjadikan riyadlohnya untuk tujuan-tujuan jangka pendek (karir,
rizki dll.) Dan inilah dukunisme. Radikalisme dan dukunisme kini menjadi salah
satu penyakit akut yang
menghinggapi bangsa kita.
Apa yang akan
terjadi apabila kedua-duanya, Istiqomah dan Riyadloh sudah diabaikan dan ditinggalkan oleh
umat ? Barangkali tak ada akibat lain kecuali “krisis multi dimensi” seperti
yang kita alami saat
ini. Maka tidak ada cara lain untuk mengatasinya kecuali kita mengikuti jejak
para wali (juga para nabi) denga beristiqomah, konsisten dangan
ajaran ajaran Allah dan ber-riyadloh mengurangi segala
keinginan (syahwat) dan tidak menuruti sepenuhnya walau kita mampu. Dua rel yang
berdampingan ini bisa juga disebut dengan istilah agama yang lebih ringkas
yakni “mujahadah”.
Allah berfirman :
Orang-orang yang
bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan Kepada
mereka jalan-jalan Kami. (Q.S Al-‘Ankabuut : 69)
Semoga Bermanfaat
18 comments
Write commentskalau jaman sekarang mungkin kebalikannya ya sob sebab sekarang ini bukan penjahat yang bertobat kadang bisa sebaliknya
Replyharus mencontoh dan meneladani sifat dan jejak para wali kita
para wali memang sosok yang perlu dicontoh ya maz fiu . .
Reply9 Wali adalah penuntun Umat Islam untuk membuat Umat Islam
ReplySemakin meningkatkan Agama Allah. dan terus menjaga Aqidah
Islam bisa terhormat di Agama lainya. salam ormat selalu Mas Fiu :)
Sekarang mah, lebih banyak makan dan tidur dibanyakin .. hehehehe
ReplyApalagi jaman sekarang ini yg menawarkan beraneka macam penggoda yg menyita waktu dan mengalihkan perhatian kita dari spiritualitas...
ReplyKalau zaman dulu kebanyakan orang itu "berfikir sebelum bertindak".. tapi Kalau sekarang "bertindak lalu berfikir", mangkanya banyak sekali penyesalan.. jejak para wali emang harus di ikuti. karena salah satu penerus para nabi
ReplyUjung2nya cari kambing hitam ya mas ...?
Replyperjuangan para wali dalam menyiarkan islam memang patut di acungi jempol ya mas :)
Replysebaliknya ? hehe
Replysalam ukhuwah juga mas ... :)
Replyhahahahahaha, bsa aja nih ...
Replycontohnya mb ? :)
Replycari kambing gemuk banyak nggak mas ?
Replymw kasih jempol berpa mb ? :)
ReplyKalau bisa seratus jempol mas hehe :) tapi sayang saya punya 2 jempol nih hehe
ReplySemoga gak cuma ditengok yah jejak wali-nya, tapi bisa jadi teladan :))
Replywaduuh .... musti pinjam ma binatang kaki seribu tuh kalo mw ngasih seratus jempol ... :)
Replymbak rani super sekali .... mudah2n yg baca dan sy sendri bsa meneladaninya ... aamiin ... :)
ReplyEmoticonEmoticon